UX Case Study | Memotivasi Pengguna Campaign.com Dengan Gamifikasi

Halo, Saya Binti Nilna Fuada. Kali ini saya berkesempatan untuk melakukan redesign aplikasi campaign.com yang berfokus pada fitur gamifikasi.
Disclaimer
Proyek ini merupakan bagian dari UI/UX Training Program yang diadakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan Skilvul dan Campaign.com sebagai Challenge Partner. Saya tidak bekerja atau diikat dalam kontrak professional oleh Campaign.com.
Overview
Campaign.com merupakan platform aksi sosial yang dibangun dengan tujuan memberikan perubahan dan dampak sosial. Dibangun pada tahun 2015, Campaign.com telah memberikan ruang aman pada organizer untuk menyelanggarakan kampanye sosial dan menantang supporter untuk mendukung kampanye tersebut. Setiap tantangan kampanye terdiri dari beberapa aksi sosial yang bertujuan untuk membentuk kebiasaan sosial baru pada kehidupan sehari-hari dari pengguna.
Latar Belakang
Tidak dipungkiri bahwa mengajak pengguna atau supporter untuk menyelesaikan challenge dengan rutin selama beberapa hari merupakan hal yang tidak mudah. Karenanya, Campaign.com ingin membangun fitur gamifikasi yang nantinya diharapkan dapat memotivasi pengguna dalam melakukan aksi challenge. Adapun fitur gamifikasi yang ingin dibangun yaitu fitur user level/point, tanda bahwa user telah mencapai level/poin tertentu dan reward bagi user yang mencapai level tertentu.
Objektif
- Mengetahui pengalaman pengguna saat menggunakan aplikasi Campaign.com
- Mengidentifikasi kebutuhan pengguna pada aplikasi Campaign.com
- Mengetahui tingkat keberhasilan solusi desain yang akan dibuat
- Mengetahui tingkat kemudahan dan kegunaan solusi desain yang akan dibuat
Peran dalam Tim
Dalam project tim yang bersama Rico Priandana Loris dan Haikal Gibran Akbar ini saya berperan sebagai UI/UX Designer dengan tanggung jawab sebagai berikut :
- Melakukan research tentang aplikasi Campaign.com
- Menyusun task flow, information architecture dan design system/styleguide
- Membuat wireframe, mockup dan prototype
- Melakukan testing dengan In-Depth Interview
Design Process
Proses desain pada project ini dilakukan dengan menggunakan design thinking. Design thinking digunakan karena dinilai proses ini akan dapat memberikan solusi desain yang efektif karena proses pendekatan ini yang sistematis dan detail. Alur design thinking sendiri ditunjukkan oleh gambar yang ada di bawah ini.

1 — Empathize
Pada tahapan ini kami memposisikan diri sebagai pengguna Campaign.com untuk mengetahui dengan jelas pengalaman yang dirasakan pengguna saat menggunakan aplikasi Campaign.com. Kami mencoba melakukan beberapa task dimulai dari daftar akun, mengikuti challenge yang ada, mengambil aksi challenge dan melihat beberapa tab menu yang ada di aplikasi. Dengan proses ini kami bisa mendapatkan sedikit gambaran akan dimana fitur gamifikasi akan ditambahkan.

2 — Define
Tahapan selanjutnya yang kami lakukan yaitu Define. Dimulai dengan mengumpulkan pain points yang kami temukan saat menggunakan aplikasi campaign. Pain points membantu kami dalam menemukan masalah/hal-hal yang perlu diperbaiki pada aplikasi Campaign. Beberapa pain points yang kami temukan yaitu masih sulitnya pengguna mengerti alur aplikasi dan rendahnya minat pengguna dalam melakukan challenge karena pilihan challenge yang terbatas.

Setelah pain points dikumpulkan, selanjutnya kami menggunakan metode How-Might We untuk mencari ide solusi dari pain points yang ada. Masing-masing anggota tim mengumpulkan ide How-Might We yang kemudian dilakukan voting untuk memilih ide yang selanjutkan akan digunakan pada tahap Solution Idea.

3 — Ideate
Setelah dilakukan voting How-Might We, dipilihlah poin “Meningkatkan motivasi untuk mengikuti/mengambil challenge dengan fitur yang menarik”. Pada tahap Solution Idea ini, masing-masing anggota tim mengumpulkan ide fitur-fitur yang dianggap dapat meningkatkan motivasi pengguna dalam melakukan challenge. Beberapa dari ide fitur yang muncul yaitu fitur leaderboard, bookmark dan timeline.

Ide fitur yang telah dikumpulkan pada Solution Ideas selanjutnya dikelompokkan sesuai dengan kategorinya masing-masing.

Setelah dikelompokkan sesuai dengan kategorinya, hal yang selanjutnya dilakukan yaitu Prioritization Idea. Proses ini bertujuan untuk menentukan fitur sesuai dengan tingkat urgensi, effort dan user value. Sehingga proses ini menghasilkan fitur mana yang akan diimplementasikan terlebih dahulu.

Tahap selanjutnya yaitu pembuatan task flow. Dengan adanya task flow, alur kerja suatu fitur dapat dengan mudah terlihat. Task flow juga memudahkan pembuatan wireframe.

Setelah task flow dibuat, kemudian kami melakukan proses Crazy8’s. Crazy8’s dilakukan dengan menggambarkan wireframe dengan cepat dalam waktu 8 menit. Hasil dari Crazy8’s ini kemudian difinalisasi pada Figma yang kemudian menghasilkan wireframe/low fidelity desain versi final.


Tahap selanjutnya yang dilakukan yaitu menyusun Design System dengan tujuan agar desain yang dibuat konsisten. Design System juga membuat proses mendesain kedepannya menjadi lebih cepat. Setelah penyusunan Design System selesai, proses langsung dilanjutkan dengan membuat desain High Fidelity.


4 — Prototyping
5 — Testing
Selanjutnya, kami melakukan testing untuk validasi solusi desain yang telah dibuat. Testing dilakukan dengan In-depth Interview dengan satu orang responden. Tujuan dilakukannya testing yaitu :
- Menguji apakah solusi desain yang telah dibuat dapat diterima pengguna
- Mengetahui tingkat kegunaan dan kemudahan solusi desain yang telah dibuat
Disepakati bahkan skor maksimal untuk tingkat kegunaan dan kemudahan yaitu 10. Task dikatakan PASSED apabila nilainya lebih dari 7,5.


Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan terdapat 1 task yang mendapatkan nilai minimum PASSED, yaitu task Leaderboard. Dengan demikian, ketiga task lainnya mendapat skor yang baik dan PASSED.
Rekomendasi Selanjutnya
Karena keterbatasan waktu, pengujian solusi desain hanya dilakukan dengan satu orang responden. Sehingga kedepannya diharapkan dapat dilakukan testing dengan lebih banyak responden sehingga lebih banyak insight yang didapat. Untuk solusi desain sendiri, beberapa hal yang bisa diperbaiki kedepannya yaitu tentang UX writing dan tata letak fitur aplikasi.